TRULLY MADLY DEEPLY

TRULLY MADLY DEEPLY

Kamis, 14 Oktober 2010

Niat Terpendam..

Hari hari ini gua merasakan bosan. Bosan karena ngga ngapa-ngapain, bosan karena yg dikerjakan itu-itu aja. Mungkin ini titik jenuh yang sering gua alamin, karena emang gua tipe pembosan..he..he. Kemaren dapat inspirasi ketika melihat satu majalah memuat artikel blog mengenai resume novel. Kayanya ide bagus nih gua bikin blog resensi novel2 yang pernah gua baca ( dan saking banyaknya, kayanya harus gua baca ulang ntar )..he..he..
So, what do you think guys? kayanya boleh dicoba juga yah..ya sudah..nanti kalau udah jadi, gua kasih tau yah nama blognya..:)

Rabu, 13 Oktober 2010

AFTERSHOCK...

Kemaren, akhirnya jadi juga kita off 2 hari. Planning yang semula jadi juga dilaksanakan, kita nginep di Grand Aston..yippiieee. Overall, semuanya menyenangkan dan wisata kulinernya mantaaaapp...:) well, so ntar di hari H tanggal 19 okt ( ultah si yohan ) paling kita cuma dinner aja.


Kemaren abis check out dari hotel, niat awalnya sih mau nonton film Julia Roberts " Eat Pray Love ", berhubung dimedan belum main, akhirnya kita putusin nonton Aftershock. Film yang tdnya gua kira film barat, eh ternyata film mandarin. Adegan dimulai di tahun 1976 di Tangshan, sebuah keluarga dengan 2 orang anak kembar, Fang de sebagai kakak, dan Fang De sebagai adik kembarnya. Gempa berkekuatan besar di malam hari meluluh lantakan Tang Shan, dan mengakibatkan si ayah meninggal seketika tertimpa runtuhan bangunan. Si ibu, dengan berlinang air mata terdesak dalam situasi dilema ketika dihadapkan pada pilihan, anak mana yang harus dia selamatkan.
Posisi kedua anak itu yang berlainan sisi ditimpa balok yang sama, mengakibatkan hanya salah satu dr mereka yang bisa diselamatkan. Si ibu, dalam kondisi terdesak memilih anak lelakinya untuk diselamatkan, Fang Da. Fang De, dalam reruntuhan itu meneteskan air mata ketika mendengar pilihan ibunya. Jujurnya, ketika adegan tersebut dalam hati gua mangkel, kenapa sih harus menyelamatkan anak lelaki? well, kita tau sendiri adat china lbh mengagungkan anak lelaki, karena dianggap sebagai penerus keturunan.
Tak disangka, selepas kepergian ibunya dan adik kembarnya untuk pertolongan, Fang De yang dibaringkan dalam kumpulan mayat, bangun dan melihat kejadian paling menakutkan dalam hidupnya. Dia diselamatkan dan diangkat anak oleh pasangan suami istri tentara. Waktu berlalu, 10 tahun kemudian, Fang De masuk kuliah kedokteran. Sedangkan Fang Da pergi mengadu nasib ke Huang Zhou.
Dalam kehidupannya, Fang De selalu merasa pahit, walau cinta orang tua angkatnya begitu tulus kepada dirinya, tapi ia tak pernah lupa kata2 yang diucapkan ibu kandungnya ketika dia tertimbun bersama reruntuhan. Hatinya sakit merasa bahwa ibunya lebih menyayangi adiknya. Waktu berlalu, dan setting berubah ke tahun 1996, dimana Fang De menikah dengan seorang pria kanada, dan Fang De menjadi seorang pengusaha.
Tahun 2008, kembali terjadi gempa di China. Kejadian ini lah yang mempertemukan Fang Da dengan Fang De, ketika mereka berdua menjadi tim penyelamat. Adegan pertemuan Fang De dengan ibu kandungnya begitu mengharukan, tidak banyak kata atau pelukan, namun cukup menguras air mata..:) well, baju si Yohan jadi sasaran gua karena gua ngga bawa tissue..:)
Disanalah Fang De mengerti bahwa ibunya amat menyayangi dirinya. Selama ini dia berpikir, ibunya berat sebelah, tidak menginginkan dirinya sebesar adiknya. Selama ini dia hidup dengan hati yang hancur mengira ibunya tega meninggalkannya. Sampai ketika dia tersadar, berapa berat beban ibunya ketika harus memilih. Betapa sakit hati ibunya hidup bertahun2 dengan rasa kehilangan yang luar biasa. Betapa ibunya tidak pernah melupakan dirinya ( walaupun dia dikira sudah tiada, dan ada altar sembahyang di rumah ), dia merasakan sedih ..
Belajar dari film ini, gua mengerti satu hal. Banyak dari kita yang menganggap pilihan orang tua ataupun keputusan orang tua terhadap mereka disebabkan karena keegoisan semata. Banyak anak yang tidak paham atau bahkan ngga pernah ingin memahami apa penyebab orang tua bersikap seperti itu. Yang banyak kita lakukan adalah menjudge orang tua, mengeluhkan sikap orang tua kita dan hidup dalam kepahitan.
Setipa orang tua punya alasan tersendiri untuk kebahagiaan anaknya. Mungkin si anak ngga akan mengerti, sampai pada satu titik dimana dia menjadi orang tua. Satu kalimat yang gua suka dalam film ini " keluarga tetaplah keluarga ". Hari-hari ini banyak anak memprotes sikap orang tua, terlalu otoriter lha, terlalu ingin dituruti lha. Tapi pernahkah kita melihat dari sudut pandang bahwa ketika kita menjadi orang tua, apa bukan tidak mungkin kita melakukan hal yang terbaik untuk anak?